PLN Siap Kejar Target 23 Persen Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan

By Admin


nusakini.com - PLN siap dan optimis memenuhi target pemakaian Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 23% pada tahun 2025. Hal ini disampaikan Dirut Utama PLN Sofyan Basir pada acara dialog Energi Tahun 2017 yang mengusung strategi pencapaian target EBT 23%.

Dialog yang digelar Hotel Luwansa, Jakarta Selatan dibuka oleh Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan, dalam acara tersebut turut hadir Dirjen Energi Baru dan Konservasi Energi Rida Mulyana, Dirjen Kelistrikan Jarman, serta Dewan Energi Nasional dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Kamis (2/2/2017) lalu.

Dialog Energi Tahun 2017 ini sekaligus menindaklanjuti Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 10 Tahun 2017 tentang Pokok-pokok dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dan Permen ESDM No. 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Regulasi tersebut juga menetapkan patokan harga maksimum untuk listrik dari tenaga matahari, angin, air, biomassa, biogas, sampah, dan panas bumi.

Dalam sambutannya, Menteri ESDM Ignatius Jonan menyatakan bahwa kebijakan baru ini bertujuan untuk menekan tarif listrik. Kalau listrik dari EBT mahal harganya, tentu ujung-ujungnya membebani rakyat. Maka tarif listrik harus dibuat seefisien mungkin, BPP harus ditekan, agar terjangkau oleh seluruh rakyat, termasuk rakyat kecil dan hal ini perlu bantuan seluruh pihak untuk mewujudkannya.

Senada dengan hal tersebut, PLN juga telah menerapkan sejumlah strategi untuk mencapai 23% ditahun 2025 diantaranya dengan optimalisasi potensi hidro dan panas bumi, membangun pusat listrik tenaga surya (PLTS) sebagai hybrid untuk meningkatkan ratio elektrifikasi di Indonesia Timur dan membangun Smart-Grid untuk mengakselerasi pembangkit EBT intermitten.

“Intinya kami siap dan optimis untuk target pengembangan EBT ini, PLN tidak akan menghambat para pengusaha yang ingin berinvestasi dalam bisnis EBT,” ujar Sofyan Basir.

Salah satu kendala yang disebut-sebut menghambat pengembangan EBT terutama panas bumi adalah risikonya yang tinggi dan biaya investasinya yang mahal. Tapi meski berisiko besar, PLN berharap pengusaha panas bumi dan EBT tetap optimis dan tertarik untuk berinvestasi dalam pengembangan renewable energi.(p/mk)